INDRAMAYU- Pewaris Padjadjaran.
Dikenal Darwijem ayune ora kejagan, akeh sing demen keceluk kanggo rebutan. Kalimat tersebut merupakan refrain, tenar lagu tarling Darwijem yang dipopulerkan oleh pencipta sekaligus penciptanya, Ipang Supendi, sekitar awal tahun 2000-an.
Jika diterjemahkan artinya ‘Aduh Darwijem cantiknya bukan kepalang, banyak yang naksir dikenal dan diperebutkan’.
Tapi disini bukan untuk membahas kecantikan gadis bernama Darwijem dari lagu tarling dangdut tersebut. Sebab ada Darwijem kekinian yang mulai mengemukau di Kabupaten Indramayu saat ini.
Ia adalah Darwijem (Dapur Wong Dermayu Jempolan). Sebuah konsep mengeksplore kuliner terbaik yang ada di Kabupaten Indramayu. Tim Darwijem telah terbentuk atas inisiasi Bupati Indramayu, Nina Agustina.
Gebrakan awal tim Darwijem baru saja ikut serta dalam festival kuliner pendamping beras yang diselenggarakan DPP PDI Perjuangan. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam memperingati HUT ke 49 PDI Perjuangan.
Tim Darwijem sendiri menyuguhkan berbagai kuliner unggulan Kabupaten Indramayu. Diantaranya adalah Ikan Gombyang, Pedesan Entog dan lain-lain. Bersama kabupaten/kota se Indonesia, kuliner Indramayu tampil mencolok.
“Sebuah kesempatan berharga untuk lebih memperkenalkan kuliner kita ke tingkat nasional. Alhamdulillah responnya baik. Nanti seluruh kuliner khas Indramayu akan dimasukan ke dalam buku kuliner nusantara,” kata Nina Agustina, Minggu, 9 Desember 2021 bangga.
Sementara itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pariwisata Wiryanti Sukamdani dalam keterangan tertulis di Jakarta, mengatakan bahwa festival itu mengusung tema Kuliner Pendamping Beras Menuju Kedaulatan Pangan dan Pencegahan Stunting di Indonesia.
“Festival ini merupakan rangkaian dari gerakan menanam pohon yang digagas oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri,” kata Wiryanti.
Wiryanti menjelaskan rangkaian kegiatan terdiri atas lomba kreasi kuliner dengan 10 macam komoditas pendamping beras, peluncuran buku resep kuliner pendamping beras nusantara, dan pameran kuliner pendamping beras.
“Sepuluh komoditas itu, yakni ubi, jagung, singkong, sagu, hanjeli, sukun, porang, sorghum, pisang, dan talas,” kata Wiryanti. ( Nur 17 )