Majalengka,Pewaris Padjadjaran
Tradisi guar bumi atau sedekah bumi telah ada sejak jaman nenek moyang dan terus dilaksanakan turun temurun hingga kini.
yang di adakan setiap akan memasuki musim penghujan sebagai pertanda akan dimulainya musim tanam pertama.
Tujuan dan makna dari acara guar bumi itu sendiri adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang di dapat dari musim panen sebelumnya,dengan harapan dimusim tanam berikutnyapun akan dikaruniai hasil panen yang lebih melimpah lagi.
Karena itu biasanya tradisi guar bumi ini di isi dengan acara ritual do’a bersama dan juga pagelaran seni budaya sebagai hiburan bagi masyarakat.
Seperti yang tengah dilaksanakan saat ini di Desa Mindi kec.leuwimunding kab.majalengka,acara guar bumi tersebut di isi dengan ritual do’a bersama dan pagelaran seni budaya wayang purwa(wayang kulit) LANGEN KOMARA pimpinan ki dalang anom ASEP NANDAR.S dari desa Biyawak kec.jatitujuh dengan pesinden kenamaan Hj. ITIH.S yang di gelar di pelataran balai desa Mindi,Rabu 22/11/2023.
Menurut keterangan kepala Desa Mindi PIRMAN tradisi adat guar bumi ini merupakan salah satu kearipan lokal yang harus terus di lestarikan dan yang terpenting dalam pelaksanaannya tidak bertentangan serta tidak melanggar norma norma yang ada di masyarakat.
“Dalam visi misi saya sebagai kepala desa,saya akan terus mengembangkan tradisi tradisi leluhur kita termasuk acara guar bumi ini” ungkapnya
Lanjut PIRMAN “Dan kegiatan guar bumi ini sudah biasa dilakukan warga desa Mindi bahkan sudah menjadi agenda rutin tahunan.”
“Disamping melakukan do’a bersama tradisi ini juga untuk menjalin silaturahmi antar warga,sehingga kebersamaan masyarakat disini akan semakin terjalin dengan baik” ujarnya
SUNARI dari salah satu panitia penyelenggara acara tersebut mengatakan “Tradisi guar bumi ini didanai dari hasil swadaya masyarakat setempat karena bagi masyarakat desa Mindi acara guar bumi ini merupakan momen penting untuk memperkuat tali silaturahmi dan menjaga kelestarian tradisi yang sudah di wariskan sejak jaman dulu dari para leluhur desa Mindi.” Pungkasnya (Ali)