Cikelet, Pewaris Padjadjaran
SDN 1 Ciroyom Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pakenjeng keberadaannya sangat memprihatinkan, pasalnya wilayah ini termasuk pelosok di Kabupaten Garut bagian selatan yang terisolir bahkan seperti kurang perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
“Siswa siswi kami untuk mengikuti program pemerintah melaksanakan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) para siswanya harus menempuh jarak 21 kilometer dengan berjalan kaki ditambah dengan medan jalan yang tidak bersahabat bahkan sangat berbahaya.” terang Kepala Sekolah Usup yang di hubungi lewat pesan Whats App.
Dikatakan Usup, “Kondisi ini karena lokasi sekolahnya tidak tersedia jaringan internet dan perangkat yang lainnya, maka dari itu kami terpaksa kegiatan ANBK kami ikut menumpang ke SMN 2 Cikelet yang merupakan lokasi paling dekat dan di sekolah ini sudah tersedia sarana prasarananya.”Ujarnya.
“Selama pelaksanaan gladi resik ANBK, anak anak didiknya terpaksa harus menginap di lokasi/rumah warga yang dekat dengan SMP tempat penyelenggaraan ujian, yang tentunya dengan segala konsekwensi dan resiko kami tanggung dari pada anak kami harus pulang pergi dengan jarak tempuh 21 kilometer, bahkan salah seorang gurunya Deden Taofik rela mengambil jalan pintas menggunakan speda motor menyebrangi sungai Cimangke yang airnya cukup deras dan sewaktu waktu airnya sering meluap tiba tiba jika musim hujan datang.” Terang Usup.
Masih menurut Usup, “Deden pun terpaksa menyebrangkan speda motornya di bantu oleh warga yang sengaja dibawa dari kampung Ciroyom.”Imbuhnya.
Diakui Usup, “Seharusnya pihak pemerintah sebelum melaksanakan program ANBK, alangkah baiknya survey wilayah mana saja yang keberadaannya terpencil dan kesulitan untuk jaringan internet serta sarana dan prasarana pendukung lainnya, karena geografis di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Garut Selatan jauh berbeda dengan keadaan di perkotaan, terus terang sekolahnya selalu kesulitan.”Tutup Usup. (Iwan Setiawan).